Indonésia, Indo Pos, Indonésio

[ad_1]

Harianjogja.com, JOGJA—Universitas Zurich di Swiss keluar dari pemeringkatan kampus di dunia. Tindakan ini sebagai sikap tidak setujunya mereka pada indikator pemeringkatan.

Sejak 2024, Universitas Zurich di Swiss tidak lagi mengirimkan data ke Times Higher Education (THE), salah satu organisasi yang mengeluarkan pemeringkatan kampus di dunia. Adapun THE merupakan bagian dari Majalah TIMES yang berbasis di London. Mereka secara berkala memiliki program khusus, salah satunya penerbitan Peringkat Universitas Terbaik Dunia. Pemeringkatan berdasarkan data-data yang kampus kirimkan ke mereka, yang indikatornya sudah ditentukan.

Universitas Zurich merasa manfaat dan pengaruh pemeringkatan kampus sudah lama menjadi bahan perdebatan kontroversial. Menurut mereka, pemeringkatan umumnya berfokus pada keluaran yang terukur, yang dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan. Misalnya universitas-universitas terkemuka berkonsentrasi pada peningkatan jumlah publikasi daripada meningkatkan kualitas kontennya.

BACA JUGA : Jogja Peringkat Teratas Jadi Kota Tujuan Pendidikan

“Meskipun pemeringkatan dimaksudkan untuk mengukur secara komprehensif beragam pencapaian universitas dalam bidang pengajaran dan penelitian, namun hal tersebut tidak dapat dilakukan karena hanya memperkecil indikator menjadi sebuah skor dan fokus pada kriteria kuantitatif,” tulis dalam keterangan resmi Universitas Zurich pada Maret 2024.

Akibat pendekatan yang bertentangan ini, Universitas Zurich memutuskan tidak lagi menyediakan data untuk pemeringkatan THE. Pengelola Universitas Zurich mengatakan mereka telah aktif berkampanye selama bertahun-tahun, baik secara nasional maupun internasional, untuk budaya keterbukaan di dunia akademis, termasuk dalam Open Science.

Open Science mewakili pertukaran terbuka, transparansi, dan reproduktivitas, serta mendukung penelitian berkualitas tinggi, efisien, dan berdampak. Selain itu, UZH adalah penandatangan perjanjian internasional tentang Reformasi Penilaian Penelitian yang dikoordinasikan oleh Science Europe, Asosiasi Universitas Eropa, dan organisasi lain, yang menekankan kualitas daripada kuantitas. Tim pimpinan Universitas Zurich yakin bahwa kualitas ilmiah harus menjadi faktor penentu dalam semua keputusan kebijakan penelitian

Menurut Peneliti dalam Kelompok Riset Informetrika dan Multimedia pada Pusat Riset Sains Data dan Informasi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (PR SDI – BRIN), Budi Nugroho, beda organisasi pemeringkatan, berbeda pula indikatornya. Kebanyakan lembaga memeringkatkan kampus dengan mengukur seberapa banyak kontribusi universitas dalam konten yang dimuat di internet.

Dengan berbagai metode pengukuran yang mereka tetapkan, peringkat universitas dihitung dan dimunculkan sebagai peringkat sesuai dengan kategorinya. Salah satu lembaga pemeringkat Webometrics misalnya, mempunyai formulasi penghitungan peringkat lembaga berdasarkan jumlah artikel yang diunggah ke internet, jumlah tautan masuk dan keluar, kesinambungan pembaharuan konten laman situs, dan lain sebagainya.

Hal ini tidak berbeda jauh dengan lembaga lainnya semisal THE dan Scimago Institution Rankings. Formula perhitungan mereka tidak sama persis. Namun terdapat kesamaan dalam formula dasar perangkingan adalah seberapa banyak kontribusi di internet yang bisa diakses dan ditemukan kembali. “Dalam konteks ini, universitas dan lembaga riset juga harus melakukan hal yang sama agar dapat eksis di internet yang pada akhirnya akan mempengaruhi peringkat yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat berbasis kontribusi konten di internet,” katanya.

Mengingat formula penghitungan peringkat berbasis kontribusi konten di internet, menurut Budi secara logika, yang paling banyak berkontribusi tentu akan mendapatkan skor yang tinggi. Pada tataran ini, peringkat universitas menjadi bias. “Apakah benar kontribusi konten di internet mencerminkan kualitas universitas? Pasti banyak pendapat, tapi menurut saya hal ini bias. Tidak serta merta kontribusi di internet sejalan dengan kualitas pendidikan dan riset pada suatu universitas,” kata Budi.

Klasterisasi

Kemendikbud melalui Dirjen Dikti pernah mengeluarkan klasterisasi universitas. Klasterisasi ini merupakan hasil pemetaaan atas kinerja universitas akademik di Indonesia.

Dirjen Dikti menyatakan klasterisasi ini bukan dimaknai sebagai pemeringkatan. Namun menurut Peneliti dalam Kelompok Riset Informetrika dan Multimedia pada Pusat Riset Sains Data dan Informasi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (PR SDI – BRIN), Budi Nugroho, tetap saja bagi universitas terkait, klasterisasi itu dianggap sebagai peringkat yang mencerminkan citra kualitas pendidikan dan riset yang diselenggarakan.

Dalam hasilnya, banyak perguruan tinggi yang ramai-ramai mengunggah hasil klasterisasi terutama perguruan tinggi yang berada di klaster 1, yang memuat nama-nama perguruan tinggi top di Indonesia seperti IPB, UI, UGM, ITB dan ITS. Salah satu yang menarik dari formula ini, klasterisasi dilakukan berdasarkan data yang diunggah dalam berbagai kanal media, baik yang dimiliki perguruan tinggi, Kemendikbud, maupun pangkalan data eksternal lainnya.

“Meskipun klasterisasi ini membuat pembobotan data yang diharapkan menggambarkan kinerja perguruan tinggi, faktanya tetaplah perhitungannya didasarkan atas data yang diunggah ke berbagai kanal media tersebut,” kata Budi. “Dengan kata lain, semakin banyak dan semakin mudah konten yang mencerminkan kinerja pendidikan dan riset perguruan tinggi diunggah serta diakses, tentu saja peluang mendapatkan klaster terbaik akan lebih mudah dicapai.”

Menurut Budi, kondisi ini akhirnya membuat perguruan tinggi dan lembaga riset untuk semakin meningkatkan peringkatnya. Hal ini pernah booming pada tahun 2010-an, saat perguruan tinggi dan lembaga riset berlomba-lomba meningkatkan peringkat di Webometrics. Pada saat itu, kebanyakan jurnal ilmiah di Indonesia masih dalam bentuk tercetak dan disimpan di pusat ISSN Indonesia di LIPI (sekarang Pusat Data dan Dokumentasi Ilmiah).

Pustakawan berperan penting dalam membuat deskripsi bibliografi dan alih media dari cetak ke digital. Luaran kegiatan mereka kemudian diunggah ke pangkalan data jurnal ilmiah. Konten yang diunggah oleh para pustakawan ini yang memberikan sumbangan besar terhadap penilaian Webometrics, yaitu ketersediaan berkas pdf dan kesinambungan unggahan. Namun saat ini hal tersebut telah berubah dan kebanyakan jurnal ilmiah telah menerbitkan versi daring yang langsung menyumbang data ke repositori masing-masing lembaga.

“Oleh sebab itu, kita tidak boleh terpaku dengan peringkat yang baru dikeluarkan tersebut. Namun lebih penting menjadikan peringkat tersebut sebagai motivasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan riset di dalam negeri,” kata Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

[ad_2]

Source link

Notícias

Indonésia, Republika, Indonésio

[ad_1] REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Askolani buka suara soal tingginya sanksi administrasi barang impor. Dia menjelaskan besaran sanksi administrasi

Indonésia, Indo Pos, Indonésio

[ad_1] Harianjogja.com, DEPOK—Ombudsman Republik Indonesia (ORI) DIY meminta masyarakat untuk melapor jika menemui tiang-tiang kabel yang tampak semrawut. Laporan-laporan yang datang dari masyarakat ini akan

Hong Kong, South China Morning Post, Inglês

[ad_1] Hong Kong authorities will step up enforcement on illegal ride-hailing services and rogue taxi drivers over the coming Labour Day “golden week” holiday, while

Tailândia, Business Day News, Tailandês

[ad_1] มูลนิธิสุญญตาวิหารเผยหลักสูตรการดับทุกข์สำหรับผู้บริหารระดับสูงรุ่นแรก มีผู้สนใจในช่วงสองอย่างล้นหลาม รองประธานมูลนิธิฯเผยมีทั้งอดีตรัฐมนตรี อดีต สว. และอดีตปลัดกระทรวง สนใจ ชี้หลักสูตรนี้เหมาะกับโลกในยุคปัจจุบัน นายสมชาย เลิศด้วยลาภ รองประธานมูลนิธิสุญญตาวิหาร เปิดเผยว่าด้วยสถานการณ์ปัจจุบันสิ่งที่เกิดขึ้นทั้งในประเทศไทยและในโลก ทั้งปัญหาสังคม ปัญหาเศรษฐกิจ ปัญหาทุกอย่างอีกมากมายที่เกิดขึ้น สำหรับผู้บริหารจะมีการรับรู้และรับผิดชอบมากกว่าบุคคลทั่วไป ทั้งผู้บริหารหน่วยงานภาครัฐ และผู้บริหารหน่วยงานภาคเอกชน โดยทุกข์ที่เกิดขึ้นนั้น เกิดเพราะความรับผิดชอบที่มีต่อตัวเอง หน่วยงานและสังคม รวมถึงประเทศการเป็นทุกข์สำหรับผู้บริหารแล้ว มักจะไม่สามารถบอกหรือปรึกษาใครได้ เพราะความน่าเชื่อถือและความคาดหวังของคนในองค์กร